SELAMAT DATANG DI PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI POLSEK BALIKPAPAN BARAT, KAMI SIAP MELAYANI ANDA, APABILA ANDA MEMBUTUHKAN KAMI HUBUNGI CALL CENTER 110 ATAU (0542) 422 392 ATAU SMS HOTLINE 0852-5448-9786

Selasa, 12 April 2011

DUEL BERDARAH DEBT COLLECTOR

BALIKPAPAN– Di Jakarta, debt collector (penagih utang) membunuh orang, di Balikpapan dua orang debt collector, Mansyah (27) dan Muhammad Wiliansyah (40)  duel berdarah-darah,  Senin (11/4) siang kemarin.

Akibatnya, salah satunya mengalami kritis, nyaris kehilangan sebelah tangannya karena dibacok sebilah parang. Duel tersebut buntut dari cekcok persoalan penarikan motor. Pelaku yang menang duel menyerahkan diri ke polisi satu jam setelah kejadian, sedangkan yang kritis dilarikan ke rumah sakit .


Weli – sapaan akrab Muhammad Wiliansyah -- hingga kini masih mengalami kritis di RST DR Harjanto Balikpapan. Peristiwa berdarah yang membuatnya dilarikan ke rumah sakit itu terjadi di Jl Sepaku RT 02, kelurahan Marga Sari, Balikpapan Barat, sekitar pukul 14.30 Wita.  
Keterangan yang berhasil dihimpun Balikpapan Pos menyebutkan, tindakan nekat Mansyah itu dilatari ucapan kasar Wiliansyah yang menyulut emosinya. Ceritanya, Mansyah mendengar dari seorang temannya yang lain, berinisial An, pada Minggu (10/4) malam lalu. An bercerita kepada Mansyah bahwa An dimaki-maki dengan kalimat kasar oleh Wili – panggilan akrab korban.

Duduk perkaranya sepele. An mengangsur motor dari salah satu leasing. Kebetulan, Weli merupakan debt collector dari leasing, tempat An mengambil motor. An cerita kepada Mansyah bahwa Weli mengatai An dengan kalimat kasar, ketika hendak menarik motor. Mansyah marah mendengar cerita An itu.

Kepada Balikpapan Pos, Mansyah bercerita tentang motif penimpasan yang dilakukannya. Mansyah mengaku marah kepada Weli yang ingin menarik motor An. Padahal, Weli dengan An berteman. Kebetulan, Mansyah juga akrab dengan An.

“Saya bilang, kenapa itu motor ditarik. Janganlah, apalagi sesama teman. Kasih kesempatan satu minggu, tapi dari cerita yang saya dengar malah ngomong kasar seperti itu,” kata Mansyah, sambil menirukan ucapan kasar Weli kepada An.

Begitu mendengar cerita An, Mansyah ingin menanyakannya langsung kepada Weli. Keesokan harinya, Mansyah mendatangi rumah Weli. Saat itu dia ditemani seorang  rekannya. Duda anak satu itu  berboncengan motor. Di rumah yang disulap Welli sebagai warung kopi itu keduanya terlibat pembicaraan. Saat itu di dalam warung, ada beberapa warga ikut nongkrong. Awalnya cerita berlangsung biasa saja, namun selang beberapa menit berubah panas. Keduanya pun terlibat cekcok.

Mansyah berdalih, Weli membuatnya semakin emosi ketika mereka mengobrol di dalam warung. “Tujuan saya baik, saya mau bertanya jika benar sebaiknya dia minta maaf. Tetapi kok malah seperti itu. Malah menantang balik saya,” terang Mansyah.    

Cekcok keduanya sempat mereda. Mansyah memilih pulang. Weli pun tak beranjak dari warungnya. Namun, Mansyah pulang dengan rencana lain. Sesampainya di rumah, Mansyah mengambil sebilah parang miliknya. Parang disembunyikan di balik jaket kulit berwarna hitam yang dipakainya. Lalu Mansyah berjalan kaki dari rumahnya ke warung milik Weli di Sepaku.

Weli sendiri rupanya sudah memilki firasat tak bagus. Dia berjaga-jaga di depan warungnya, menunggu kedatangan Mansyah. Firasat Weli benar, Mansyah memang benar-benar kembali datang ke warungnya. Hanya, yang tidak disangka oleh Weli adalah, Mansyah datang dengan sebilah parang disembunyikan di balik jaketnya. Begitu sampai di depan Weli, Mansyah tak mau banyak bicara. Dia mengeluarkan parangnya dari balik baju dan langsung menyabetkannya ke bagian kepala Weli.

Weli kaget, tapi sigap menangkis menggunakan tangan kanan. Mansyah rupanya menebas sekuat tenaga. Tangan Weli yang digunakan untuk menangkis nyaris putus. Tapi rupanya Mansyah belum puas. Tangannya yang memegang parang mengayun lagi sekuat tenaga. Sasarannya lagi-lagi kepala Weli. Weli pun berusaha menangkis dengan tangan kanan yang sebelumnya bekas ditebas. Tebasan kedua Mansyah ini mengakibatkan tulang Weli di bagian lengan di bawah bahu putus. Namun tak sampai lepas karena masih tersisa kulit.

Meski sudah melihat Weli tak berdaya, tapi Mansyah rupanya masih belum puas. Dia menebas lagi. Weli tak bisa lagi menangkis. Tebasan ketiga Weli mengakibatkan robek besar di pundah sebelah kanan. Weli roboh ke tanah.

Kejadian penimpasan yang dialami Weli disaksikan oleh istrinya dari depan warung. Namun, wanita tersebut tak bisa berbuat banyak. Manis (32), istri Weli, berusaha menyelamatkan suaminya. Usai kejadian, Manis mengangkat tubuh suaminya dan membawanya ke rumah sakit menggunakan angkutan kota (angkot).

“Saya lihat di depan mata kepala saya sendiri. Orang itu datang membawa parang dan menyerang suami,” kata Manis di RS. Hardjanto.(balikpapan_pos)

Posting Komentar


"Mohon Isikan Saran dan Komentar Anda, Untuk Tugas Kami ke Depan Agar Lebih Baik"