KABUT DUKA menyelimuti rumah Septian Permana (26) di kawasan Donghwa RT 4 RW 1 NO 68 kelurahan Gersik, Penajam Paser Utara (PPU), Minggu (27/6) pagi kemarin. Ratusan pelayat terlihat memenuhi halaman rumah panggung sederhana terbuat dari kayu itu.
Tepat pukul 09.00 Wita, jenazah pria yang akrap dipanggil Tias dan pendiam itu diantar untuk yang terakhir kalinya menuju peristrahatannya yang terakhir di pemakaman muslim kompleks PT Inne Donghwa . Tias meninggal dalam kecelakakan mengerikan di PT Kutai Chip Meal (KCM) kawasan Teluk Waru, Kariangau Balikpapan Barat, Sabtu (26/6) sekira pukul 14.00 Wita.
Tubuhnya hancur berkeping-keping berbaur dengan serabut kayu setelah masuk mesin penggiling kayu bahan baku kertas. Asep dan Maryamah, orangtua korban terlihat terpukul. Keduanya terus menerus menatap kosong peti mayat berwarna cokelat yang diletakan persis di ruang tamu berukuran sempit itu. ”Saya seakan tidak percaya itu anak saya.
Saat terakhir begini kami tidak bisa melihat bentuk wajah dan tubuhnya,” ucap Asep kepada Post Metro, kemarin. Kematian Tias juga begitu dirasakan nenek korban. Saat ingin mencoba menatap wajah cucu pertamanya itu dibalik peti mayat, dengan alasan kondisi kesehatan, Asep tak ingin membiarkan peti itu dibuka.
” Saya sengaja merahasiakan kondisi anak saya itu kepada neneknya, kami takut nanti sakitnya kambuh,” terangnya dengan mata berkaca. Untuk memandikan dan mengkafani jenazah Tias mengalami kesulitan karena sudah berbentuk kecil-kecil. Jenazah yang sudah dikafani lentur dan tak diketahui bagian kaki dan kepala.
Istri almarhum Tias bernama Putri Ayuni yang paling terpukul. Di tengah kehamilannya yang menginjak 4 bulan, Putri Ayun harus rela ditinggalkan oleh suami yang menikahinya November 2009 silam itu. Asep menuturkan, menantunya itu lebih memilih menutup diri. ”Menantu saya terus-terusan diam, cuma bantal yang ia pegangi,” ucap Asep yang sehari-harinya menjadi tukang ojek itu.
Jenazah korban selanjutnya usai disemayamkan di rumah duka langusung dimakamkan sekira 200 meter dari rumah duka. Diiringi lantunan ayat suci ALquran, peti mayat berukuran besar itu ikut dimasukan keliang lahat. Isak tangis pun pecah ketika itu.”Kami sunggung mengikhlaskan kematian anak saya, saya berharap jika ada kesalahan-kesalahan almarhum dimohon kiranya untuk dimaafkan,” ucap Maryamah, ibu korban.
Tak ada firasat akan kematian almarhum, hanya saja dari penuturan Asep, Jumat lalu Tias lebih terlihat pucat dari biasanya. “Kalau firasat tidak ada, waktu itu saja Tias memang pucat dan mengeluh malas turun kerja. Tidak seperti biasanya anak saya seperti itu,” jawab Asep.
Anak sulung dari tiga bersaudara itu lahir dan dibesarkan di kampung yang berada di seberang ujung barat Balikpapan itu. Dengan menggunakan jasa speed boat, kampung yang dikenal dengan sebutan Jenebora itu dapat kita capai dalam waktu 25 menit melalui jalur laut. Di tempat itu, Tias begitu familiar. Selain tampan Tias juga memiliki pribadi yang santun, maka tak jarang kaum hawa banyak yang menyukai sosok Tias.
Ilmu pendidikan Tias dihabiskan di Donghwa, usai tamat SMA Tias pernah menjalani profesi sebagai guru Taman Kanak-kanak Dharma Husada. Kurang lebih dua tahun ia mengajar di sekolah itu. Kemampuannya mengajar tentunya tak lepas dari bakatnya menghibur.
Yah, dari keterangan Pramana, kepala Sekolah SMA Dharma Husada Tias memang memiliki bakat menyanyi sehingga mampu bersosialisasi dengan baik.”Tias pintar sekali menyanyi mas, saya selalu duet dengan dia,” kata Pramana usai melayat.
Pramana menjelaskan, dari bakat menyanyi itulah ia telah menciptakan tak kurang 150 lagu kepada Tias dan salah satu lagu berjudul “Takdir Terakhir” merupakan lagu yang sangat disukai almarhum.”Mungkin ini kebetulan saja, Tias begitu menyukai lagu itu,” ujar Pramana yang juga mengatakan lagu tersebut telah beredar luas kepingan VCD nya.(metrobalikpapan)
Posting Komentar
"Mohon Isikan Saran dan Komentar Anda, Untuk Tugas Kami ke Depan Agar Lebih Baik"