Jakarta - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) mengeluarkan tujuh instruksi untuk menangkal penyebaran Islamic
State yang sebelumnya bernama Iraqi Syria Islamic State (ISIS) di
Indonesia. Tujuh instruksi ini disampaikan melalui Menkopolhukam Djoko
Suyanto usai rapat terbatas di Istana Negara, Minggu (14/9).
Instruksi pertama, SBY meminta Kementerian Hukum dan HAM serta forum
clearing house untuk lebih selektif dalam menerbitkan paspor. Apalagi
jika paspor itu digunakan untuk mengurus visa ke negara-negara Timur
Tengah tertentu dan ada indikasi untuk bergabung dengan gerakan ISIS.
"Clearing house bekerjasama dengan kedutaan-kedutaan asing agar tidak
terlalu mudah memberikan visa," kata Djoko.
Kedua, perlunya pemantauan terhadap warga negara Indonesia (WNI) ke
negara-negara yang punya fasilitas pemberian visa di tempat atau visa on
arrival seperti Turki dan Yordania. Karenanya, kementerian dan lembaga
terkait diminta mencegah keberangkatan WNI menuju ke Timur Tengah dan
bergabung dengan ISIS.
"Ini akan menjadi perhatian yang tajam oleh Kemenkumham dalam memberikan visa atau paspor," imbuhnya.
Instruksi ketiga adalah memerintahkan seluruh instasi terkait untuk
mengikuti dan memonitor lalu lintas nama-nama yang sudah ada di Suriah.
Merujuk pada data Polri, Djoko menyebut sudah ada empat WNI yang tewas
karena ikut bergabung dan berjuang di Suriah. Langkah itu juga diikuti
dengan melakukan pengawasan dan mengikuti gerak-gerik warga negara
asing di Indonesia.
"Operasi tangkap tangan yang kemarin dilakukan oleh Polri di daerah
Sulawesi Tengah adalah satu dari kegiatan yang selama ini sudah kita
lakukan," imbuh Djoko.
Keempat, Kemenkumham diinstruksikan untuk melakukan pengetatan dan
pengawasan terhadap narapidana terorisme di lapas-lapas. "Karena memang
ternyata yang berangkat, di antaranya ke Suriah untuk bergabung dengan
ISIS adalah para napi terorisme yang telah menjalani masa hukuman,"
sambungnya.
Kelima, SBY memerintahkan peningkatan pengawasan serta kewaspadaan di
wilayah-wilayah sumber-sumber gerakan radikal seperti Jawa Timur,
Ambon, Poso dan Jawa Tengah.
Sedangkan instruksi keenam dari SBY adalah penggunaan pendekatan soft
power yang selama ini dikoordinir menteri agama untuk upaya
pencegahan. Menurut Djoko, penggunaan hard power oleh Barat justru
dikhawatirkan dapat berpengaruh ke negara-negara lain di luar Suriah.
"Justru, kemungkinan kedua, akan mengeras dan akan mengambil
langkah-langkah kekerasan dalam bentuk lain, sentimen-sentimen baru.
Bisa saja kegiatan-kegiatan terorisme internasional juga akan lebih
berkembang, sebagai respon dari pendekatan hard power dari negara-negara
Barat tersebut," lanjutnya.
Sedangkan instruksi ketujuh adalah pelibatan organisasi kemasyarakatan dan pimpinan umat dalam penggunaan soft power. Hal itu dianggap perlu demi memberikan pencerahan kepada masyarakat agar tak terpengaruh ISIS.(flo/jpnn)
Posting Komentar
"Mohon Isikan Saran dan Komentar Anda, Untuk Tugas Kami ke Depan Agar Lebih Baik"