Humas Polsek Balikpapan Barat, Amukan si jago merah di RT 02 dan RT 03 Gunung
Gembira, Gang Sumber, Kelurahan Baru Ilir, Balikpapan Barat meludeskan
118 rumah. Akibatnya, 198 kepala keluarga (KK) harus mengungsi.
Dari keterangan sejumlah warga, api diduga berasal dari salah satu
rumah yang diketahui milik Titut di RT 03. “Saya saat itu lagi nyuci
baju, pas mau jemur pakaian di atas, api itu sudah membesar di rumah
sebelah itu,” ungkap Ade yang masih bersatus pelajar Kelas X SMA Negeri
8.
Melihat api, Ade langsung berteriak kebakaran dan minta tolong dengan
warga lainnya. Sementara dari keterangan Fatmawati, saat kejadian dia
berada di dalam kamar dan mencium seperti kabel terbakar. Fatmawati pun
mencari sumber bau tersebut. “Saya cari-cari bau kabel terbakar itu,
sambil nyapu lantai dan lihat di belakang kulkas tidak ada. Pas saya
lihat di jendela ternyata di rumah sebelah,” bebernya.
Fatmawati membenarkan api membesar dari rumah Titut. Menurutnya, api
muncul dari gudang yang berada di lantai 2. Saat itu, rumah yang dihuni
tiga orang tersebut dalam keadaan kosong, ditinggal berpergian. “Pintu
pagarnya dirantai dan digembok, jadi warga ini mau berusaha padamkan api
di rumahnya itu tidak bisa masuk,” ungkap Fatmawati.
Hal senada juga disamapikan Iwan. Saat api membesar, ia berusa
mendobrak namun terkunci. “Saya coba dobrak Pak, tapi dikunci. Saya
teriak-terikan, gak ada yang nyahut. Rumah orangtunya (orangtua Titut)
juga terbakar kayaknya, karena berdekatan aja. Cuma beda RT, kalau Titut
RT 03, orangtuanya Acil Nani itu di RT 02,” terang Iwan kepada polisi.
Api sempat mengecil, namun tiba-tiba angin berhembus kencang membuat
kobaran api justru semakin menjadi-jadi dan dengan cepat merambat ke
rumah warga lainnya yang kebanyakan semi permanen terbuat dari kayu.
Rumah Ketua RT 03, Bahdar juga ikut terbakar. Saat itu, dia sedang tidak
ada di rumah.
“Saat kejadian saya berada di luar, di rumah saya hanya ada anak saya
saja, barang hanya separo yang berhasil dikeluarkan. Saya datang di sini
sudah 6 rumah yang terbakar. Dari informasi warga katanya dari rumah
Ibu Titut, katanya kosong ditinggal nonton pawai, tapi saya belum
tanyakan langsung karena belum ketemu,” ujar Bahdar.
Bahdar juga mengatakan, api dengan cepat membesar karena angin sangat
kencang, petugas pemadam juga kesulitan masuk ke lokasi kebakaran.
Selain akses masuk hanya bisa lewat gang kecil, banyaknya warga yang
menonton kebakaran turut menghambat.
Saat api mengamuk, ada beberapa warga yang mencoba memadamkan api tanpa
air. Dari kejauhan tampak seorang pria naik ke atas atap membawa benda
panjang seperti balok kayu berkukuran sekira 30 cm dibalut kain berwarna
kuning. Rupanya itu adalah keris. Pria itu mengacungkan keris yang
dicabut dari sarungnya ke arah kobaran api. Dia sempat mondar-mandir di
atas atap. Beberapa menit kemudian dia turun kembali.
Di lokasi lain, juga ada seorang ibu-ibu dengan tangan sebelah tangan
mengepal. Mulutnya tampak komat-kamit, seperti orang yang memanjatkan
doa-doa. Kemudian dia membuka kepalan tangannya yang ternyata berisi
beras. Terhitung, ada tiga kali ia melemparkan beras ke arah api, lalu
berlari menuju lokasi lain. “Mungkin tolak bala kali ya,” celetuk salah
seorang warga yang ikut menyaksikan ritual ibu tersebut.
Dari pantauan, ada 14 unit kendaraan pemadam dari Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) dilibatkan, dibantu mobil pemadam dari Total dan
Pertamina, Rescue 4x4, sejumlah mobil tangki air dari PDAM, DKPP dan
lainnya. Lima unit ambulan juga stand by, berbagai organisasi sosial dan rescue juga ikut membantu
Posting Komentar
"Mohon Isikan Saran dan Komentar Anda, Untuk Tugas Kami ke Depan Agar Lebih Baik"