SELAMAT DATANG DI PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI POLSEK BALIKPAPAN BARAT, KAMI SIAP MELAYANI ANDA, APABILA ANDA MEMBUTUHKAN KAMI HUBUNGI CALL CENTER 110 ATAU (0542) 422 392 ATAU SMS HOTLINE 0852-5448-9786

Jumat, 08 Februari 2013

Brasmada Sering Cari Mangsa

BALIKPAPAN-Tindak kriminal pengeroyokan yang menewaskan siswa SMK Airlangga Alan Darma Saputra (18) warga Sumberejo V RT 52 nomor 3 Kelurahan Sumberejo, oleh geng Brasmada (Berani Senggol Mandi Darah) membuat warga miris.

Sebab, para remaja yang menjadi anggotanya, berlaku brutal. Namanya saja, sudah menggambarkan gerombolan penjahat. Dari keterangan yang dihimpun Balikpapan Pos, gerombolan Brasmada memang bertujuan tindakan kriminal.

Geng ini sering mencari mangsa untuk dipalak uang dan barang-barang berharga. “Mereka keliling mencari korban untuk dipalak. Setelah dipalak, korban dipaksa menjadi anggota Brasmada,” kata Kapolsek Balikpapan Utara Kompol Putu Rideng didampingi Panit Reskrim Aiptu Wagino, Rabu (6/2) siang kemarin.

Ditegaskan Wagino, Brasmada bukan geng motor, tetapi sebuah gerombolan anak-anak remaja. “Sasaran mereka pelajar yang sedang bolos sekolah. Didatangi, dipalak uangnya. Kalau tidak memberi, korban diintimidasi bahkan dianiaya. Kemudian dijadikan anggotanya,” imbuhnya.

Anggota Brasmada melakukan aksinya, mengincar tempat-tempat dimana terdapat banyak anak bolos sekolah. “Untuk tempat yang sering mereka datangi, seperti Waduk Kampung Timur, PGRI 4 dan kawasan Gunung Pipa.

Selain tempat ini, biasanya mereka mencari mangsa dimana banyak terdapat anak-anak bolos sekolah,” terangnya. “Biasanya, korban yang dipalak akan dipaksa juga mengikuti kemauan tersangka untuk memalak korban yang lainnya.

Karena korban yang pertama dipalak tadi sudah ketakutan maka dengan terpaksa mereka mengikuti kemauan tersangka untuk mengikutinya,” jelas Wagino. Untuk anggota Brasmada, diketahui diketuai oleh Hilmar (17) yang memang sudah tidak asing lagi dengan dunia kejahatan.

Hilmar yang biasa dipanggil Botak ini pernah mendekam di penjara selama 4 bulan dengan kasus curanmor. Bahkan penjahat muda ini berbuat nekat saat akan ditangkap polisi. “Untuk kasus curanmor yang lalu, pada saat mau ditangkap, Hilmar melepaskan busur ke salah satu anggota polisi. Untung saja panah tersebut tidak mengenai polisi tersebut, dari kasus curanmor yang Hilmar lakukan, dirinya diproses hukum dan mendapat kurungan selama 4 bulan,” imbuhnya.

Dari keseluruhan anggota brasmada tersebut sudah dilakukan pembinaan oleh Panit Binmas Balikpapan Utara Ipda Suparno, untuk memberikan imbauan kepada mereka untuk tidak melakukan perbuatan mereka. “Semuanya telah dilakukan pembinaan, saya berharap tidak ada lagi perkumpulan-perkumpulan remaja seperti ini untuk melakukan kegiatan yang negative,” kata Ipda Suparno.

Dirinya juga mengimbau kepada seluruh anak-anak remaja untuk tidak berkumpul-kumpul ditempat yang tidak jelas. Terutama pada saat jam pelajaran sekolah dan malam hari. “Hindari berkumpul di tempat yang sepi, apalagi dengan tujuan membolos ataupun pacaran serta pesta miras dan ngelem. Kurangi juga untuk keluar pada malam hari apalagi sampai larut malam,” pungkasnya.

Sementara itu, para penjahat muda yang mengeroyok Alan masih menjalani penyidikan di Polsek Balikpapan Utara. Mereka adalah Rohid Santoso (17 ), Rusli (17), Maskur (14), Dedi Setiadi (15), Hamdani (16) Riko, (14) dan Hilmar (17). Di antara para pelaku, ada yang berstatus pelajar. “Kalau minta ditangguhkan penahanan, rasanya berat,” kata Putu Rideng menanggapi permintaan orangtua salah satu pelaku yang meminta anaknya tidak ditahan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, tindak kriminalitas yang dilakukan kalangan remaja di Kota Beriman sudah sangat memprihatinkan. Tak hanya kasus minuman keras, kalangan remaja bahkan terlibat dalam kasus pembunuhan. Bahkan, fenomena kejahatan geng motor yang terjadi di kota metropolitan seperti Jakarta, sudah terjadi pula di Balikpapan.

Pada Senin (4/2) lalu, seorang siswa SMK Airlangga tewas setelah dikeroyok anggota geng motor “Berani Senggol Mandi Darah” yang disingkat Brasmada. Peristiwa berdarah itu terjadi di kawasan Gunung Pipa, sekitar pukul 17.00 Wita. Ketika itu, Alan Darma Saputra (18) warga Sumberejo V RT 52 nomor 3 Kelurahan Sumberejo dan Dedi Irawan (20) warga Jl DI Panjaitan RT 5 nomor 54 Kelurahan Gunung Samarinda bersama 6 orang temannya tengah mengendarai sepeda motor.

Mereka bermaksud membeli salome di dekat SD Patra Dharma. Tiba-tiba, sekira 20 orang yang merupakan geng motor Brasmada mendatangi keenam remaja tadi. Enam orang di antaranya berhasil meloloskan diri. Celakanya, Alan dan Dedi tak bisa melarikan diri karena dikepung anggota Brasmada yang berputar-putar mengelilingi keduanya menggunakan motor.

Informasi yang dihimpun Balikpapan Pos, di sekitar tempat kejadian perkara (TKP), para pelaku sudah terlebih dahulu menyimpan sejumlah senjata tajam (sajam) berupa badik dan parang di rerumputan. Sajam yang disembunyikan itu untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu ada aparat yang melakukan penangkapan sehingga barang bukti sulit ditemukan.

Mengetahui tak mampu meloloskan diri, Alan dan Dedi akhirnya menyerah. Mereka menuruti saja ketika dimintai uang secara paksa. Setelah uang diserahkan, anggota Brasmada malah meminta lagi karena mengganggap uang hasil palakan tersebut kurang. “Kami sudah tidak punya uang lagi,” tolak Alan dan Dedi ketika dipaksa kembali menyerahkan duit. Karena dianggap membangkang, keduanya akhirnya menjadi bulan-bulanan.

Mereka dipukuli secara membabi buta. Di tengah pengeroyokan tersebut, entah bagaimana Dedi berhasil meloloskan diri. Siswa SMKN 2 kelas 12 ini hanya mendapatkan beberapa luka lecet dan lebam, walaupun kuku jari kelingkingnya terlepas. Berbeda dengan Dedi, Alan justru bernasib malang. Siswa kelas 12 SMA Airlangga ini tak hanya dipukuli.

Tiga luka tikaman sajam menembus tubuhnya yakni di bagian punggung, dada serta pinggang. Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) namun nyawanya tak berhasil diselamatkan. Oleh pihak keluarga, korban langsung dibawa pulang padahal belum dilakukan proses visum. Selang beberapa lama kemudian, setelah diberi penjelasan pihak keluarga akhirnya menyatakan bersedia, korban dilakukan visum luar untuk memastikan penyebab kematian.(ono/bp-12)