BALIKPAPAN-Tindak kriminal pengeroyokan yang
menewaskan siswa SMK Airlangga Alan Darma Saputra (18) warga Sumberejo V
RT 52 nomor 3 Kelurahan Sumberejo, oleh geng Brasmada (Berani Senggol
Mandi Darah) membuat warga miris.
Sebab, para remaja yang menjadi anggotanya, berlaku brutal. Namanya
saja, sudah menggambarkan gerombolan penjahat. Dari keterangan yang
dihimpun Balikpapan Pos, gerombolan Brasmada memang bertujuan tindakan
kriminal.
Geng ini sering mencari mangsa untuk dipalak uang dan barang-barang
berharga. “Mereka keliling mencari korban untuk dipalak. Setelah
dipalak, korban dipaksa menjadi anggota Brasmada,” kata Kapolsek
Balikpapan Utara Kompol Putu Rideng didampingi Panit Reskrim Aiptu
Wagino, Rabu (6/2) siang kemarin.
Ditegaskan Wagino, Brasmada bukan geng motor, tetapi sebuah gerombolan
anak-anak remaja. “Sasaran mereka pelajar yang sedang bolos sekolah.
Didatangi, dipalak uangnya. Kalau tidak memberi, korban diintimidasi
bahkan dianiaya. Kemudian dijadikan anggotanya,” imbuhnya.
Anggota Brasmada melakukan aksinya, mengincar tempat-tempat dimana
terdapat banyak anak bolos sekolah. “Untuk tempat yang sering mereka
datangi, seperti Waduk Kampung Timur, PGRI 4 dan kawasan Gunung Pipa.
Selain tempat ini, biasanya mereka mencari mangsa dimana banyak
terdapat anak-anak bolos sekolah,” terangnya. “Biasanya, korban yang
dipalak akan dipaksa juga mengikuti kemauan tersangka untuk memalak
korban yang lainnya.
Karena korban yang pertama dipalak tadi sudah ketakutan maka dengan
terpaksa mereka mengikuti kemauan tersangka untuk mengikutinya,” jelas
Wagino. Untuk anggota Brasmada, diketahui diketuai oleh Hilmar (17) yang
memang sudah tidak asing lagi dengan dunia kejahatan.
Hilmar yang biasa dipanggil Botak ini pernah mendekam di penjara selama
4 bulan dengan kasus curanmor. Bahkan penjahat muda ini berbuat nekat
saat akan ditangkap polisi. “Untuk kasus curanmor yang lalu, pada saat
mau ditangkap, Hilmar melepaskan busur ke salah satu anggota polisi.
Untung saja panah tersebut tidak mengenai polisi tersebut, dari kasus
curanmor yang Hilmar lakukan, dirinya diproses hukum dan mendapat
kurungan selama 4 bulan,” imbuhnya.
Dari keseluruhan anggota brasmada tersebut sudah dilakukan pembinaan
oleh Panit Binmas Balikpapan Utara Ipda Suparno, untuk memberikan
imbauan kepada mereka untuk tidak melakukan perbuatan mereka. “Semuanya
telah dilakukan pembinaan, saya berharap tidak ada lagi
perkumpulan-perkumpulan remaja seperti ini untuk melakukan kegiatan yang
negative,” kata Ipda Suparno.
Dirinya juga mengimbau kepada seluruh anak-anak remaja untuk tidak
berkumpul-kumpul ditempat yang tidak jelas. Terutama pada saat jam
pelajaran sekolah dan malam hari. “Hindari berkumpul di tempat yang
sepi, apalagi dengan tujuan membolos ataupun pacaran serta pesta miras
dan ngelem. Kurangi juga untuk keluar pada malam hari apalagi sampai
larut malam,” pungkasnya.
Sementara itu, para penjahat muda yang mengeroyok Alan masih menjalani
penyidikan di Polsek Balikpapan Utara. Mereka adalah Rohid Santoso (17
), Rusli (17), Maskur (14), Dedi Setiadi (15), Hamdani (16) Riko, (14)
dan Hilmar (17). Di antara para pelaku, ada yang berstatus pelajar.
“Kalau minta ditangguhkan penahanan, rasanya berat,” kata Putu Rideng
menanggapi permintaan orangtua salah satu pelaku yang meminta anaknya
tidak ditahan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, tindak kriminalitas yang dilakukan
kalangan remaja di Kota Beriman sudah sangat memprihatinkan. Tak hanya
kasus minuman keras, kalangan remaja bahkan terlibat dalam kasus
pembunuhan. Bahkan, fenomena kejahatan geng motor yang terjadi di kota
metropolitan seperti Jakarta, sudah terjadi pula di Balikpapan.
Pada Senin (4/2) lalu, seorang siswa SMK Airlangga tewas setelah
dikeroyok anggota geng motor “Berani Senggol Mandi Darah” yang disingkat
Brasmada. Peristiwa berdarah itu terjadi di kawasan Gunung Pipa,
sekitar pukul 17.00 Wita. Ketika itu, Alan Darma Saputra (18) warga
Sumberejo V RT 52 nomor 3 Kelurahan Sumberejo dan Dedi Irawan (20) warga
Jl DI Panjaitan RT 5 nomor 54 Kelurahan Gunung Samarinda bersama 6
orang temannya tengah mengendarai sepeda motor.
Mereka bermaksud membeli salome di dekat SD Patra Dharma. Tiba-tiba,
sekira 20 orang yang merupakan geng motor Brasmada mendatangi keenam
remaja tadi. Enam orang di antaranya berhasil meloloskan diri.
Celakanya, Alan dan Dedi tak bisa melarikan diri karena dikepung anggota
Brasmada yang berputar-putar mengelilingi keduanya menggunakan motor.
Informasi yang dihimpun Balikpapan Pos, di sekitar tempat kejadian
perkara (TKP), para pelaku sudah terlebih dahulu menyimpan sejumlah
senjata tajam (sajam) berupa badik dan parang di rerumputan. Sajam yang
disembunyikan itu untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu ada aparat
yang melakukan penangkapan sehingga barang bukti sulit ditemukan.
Mengetahui tak mampu meloloskan diri, Alan dan Dedi akhirnya menyerah.
Mereka menuruti saja ketika dimintai uang secara paksa. Setelah uang
diserahkan, anggota Brasmada malah meminta lagi karena mengganggap uang
hasil palakan tersebut kurang. “Kami sudah tidak punya uang lagi,” tolak
Alan dan Dedi ketika dipaksa kembali menyerahkan duit. Karena dianggap
membangkang, keduanya akhirnya menjadi bulan-bulanan.
Mereka dipukuli secara membabi buta. Di tengah pengeroyokan tersebut,
entah bagaimana Dedi berhasil meloloskan diri. Siswa SMKN 2 kelas 12 ini
hanya mendapatkan beberapa luka lecet dan lebam, walaupun kuku jari
kelingkingnya terlepas. Berbeda dengan Dedi, Alan justru bernasib
malang. Siswa kelas 12 SMA Airlangga ini tak hanya dipukuli.
Tiga luka tikaman sajam menembus tubuhnya yakni di bagian punggung,
dada serta pinggang. Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Kanujoso
Djatiwibowo (RSKD) namun nyawanya tak berhasil diselamatkan. Oleh pihak
keluarga, korban langsung dibawa pulang padahal belum dilakukan proses
visum. Selang beberapa lama kemudian, setelah diberi penjelasan pihak
keluarga akhirnya menyatakan bersedia, korban dilakukan visum luar untuk
memastikan penyebab kematian.(ono/bp-12)
