BALIKPAPAN-Peristiwa bentrok antara polisi dan
masyarakat di Kota Bima beberapa waktu lalu, berimbas unjuk rasa
sejumlah mahasiswa, termasuk pula Balikpapan. Rabu (28/12) kemarin,
puluhan angota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berunjuk rasa di depan
markas Polda Kaltim Jl Syarifudien Yoes.
Pendemo yang berorasi sekaligus menyuguhkan adegan kekerasan pada
masyarakat menembah, memukul dan menendang tersebut dijaga ketat aparat
kepolisian Polda Kaltim dan Polres Balikpapan. Kegiatan tersebut
merupaan solidaritas yang menjadi korban dari anggota kepolisian seperti
di Papua, Mesuji dan Bima.
“Polri adalah pelindung pengayom serta pelayan masyarakat. Masyarakat
malahan dijadikan musuh,” teriak Koordinator lapangan aksi damai Wawan
Sanjaya dihadapa petugas.
Selain melakukan orasi, pengunjuk rasa juga melakukan teatrikal yang
menceritakan penembakan polisi terhadap masyarakat yang membela haknya.
Terdapat juga keranda mayat yang oleh pendemo dilambangkan sebagai
matinya hati nurani yang polri.
Dalam orasinya, mereka juga mengungkapkan kekesalan melihat perilaku
polri yang lebih mementingkan pemilik modal dari pada masyarakat umum.
“Kasus yang terjadi di Papua, Mesuji dan Bima terlihat jelas
keberpihakan polri kepada pemilik modal dan mengorbankan masyarakat,”
tuturnya.
Usai melakukan orasi, puluhan pendemo ini diterima oleh Wakapolda
Kaltim Brigjen Pol Rusli Nasution untuk melakukan dialog. Dihadapan
Wakapolda, pendemo mengajukan beberapa tuntutan yang diantaranya meminta
polri tidak menerima dana keamanan dari pemodal, serta meminta kepada
polri agar bertindak santun dalam tugasnya dan tidak arogan
Selain itu, perlu juga ditingkatkan diskusi antara polri dan
masyarakat. “Saya kira itu usul yang bagus, kedepannya bisa saja diskusi
itu tidak dilakukan di dalam ruangan tapi juga di warung kopi,” harpa
jendral bintang satu ini.(bapos)