SELAMAT DATANG DI PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI POLSEK BALIKPAPAN BARAT, KAMI SIAP MELAYANI ANDA, APABILA ANDA MEMBUTUHKAN KAMI HUBUNGI CALL CENTER 110 ATAU (0542) 422 392 ATAU SMS HOTLINE 0852-5448-9786

Kamis, 15 Desember 2011

Pemadam Kebakaran Kecewakan Masyarakat

BALIKPAPAN-Para korban kebakaran di RT 15, 21 dan 22 Kelurahan Damai yang berjumlah 1.101 jiwa, ditampung dibeberapa tenda darurat yang didirikan Pemkot dibantu TNI dan polisi serta Tagana. Hampir separo korban, ditampung di tenda di halaman rumah H Sappe, anggota DPRD Balikpapan.

Semua bercerita tentang kebakaran besar yang melumat rumah dan isinya.

Dari cerita para korban, kebakaran meluas hingga 3 RT,  akibat petugas pemadam kebakaran dan armada truk pemadam dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran (BPBK) lambat datang. "Kebakaran sekitar jam 1 malam, jam 3 dinihari truk pemadam baru tiba.


Kita lamanya nungguin, nggak datang-datang," kata  Khatijah, kader PKK RT 22 yang rumahnya selang 3 rumah dari sumber  api. Pernyataan Khatijah dibenarkan warga lainnya, Witoni, Linda, Hj Kasih dan Ninuk. “Ada satu truk pemadam masuk, eh..airnya tinggal setengah. Baru disemprotkan airnya habis,” sergah Linda.

Karena lambat datang, rumah Condreng yang letaknya di ujung, jauh dari sumber api, ikut ludes terbakar. "Nggak ada pemadam kebakaran datang. Setelah habis rumah, baru ..nguing-nguing.. datang truk pemadam. Buat apa datang kalau lambat. Karena lama datang, rumah saya yang jauh ikut habis.  Api padam sendiri bukan karena dipadamkan petugas kebakaran," kata wanita yang akrab dipanggil Ibu Ani sambil menyeka air mata dari kelopak matanya yang bengkak karena menangis.

H Sappe, Ketua Komisi III (Pembangunan) DPRD Balikpapan juga menyatakan keterlambatan pemadam kebakaran. "Iya, memang benar . Petugas pemadam lambat. Warga sudah teriak-teriak panik, api mulai menyebar, nggak ada pemadam datang. Yang datang duluan malah dari Pertamina.  Kalau cepat datang, tidak sampai seluas ini," ujar Sappe yang bangunan 2 garasi mobil miliknya hangus di bagian belakang.

"Mereka pemadam kebakaran mengecewakan masyarakat.   Lambat seperti ini bukan cuma sekali. Beberapa kali kejadian kebakaran, pemadam juga lambat. Ini harus dievaluasi. Kalau begini terus caranya, lihat saja nanti, saya akan coret beberapa item anggaran untuk BPBK. Buat apa disuport dana besar kalau membuat kecewa masyarakat. Sebagian korban kebakaran saya tampung di halaman rumah saya sampai nanti ada penanganan lebih lanjut dari Pemkot,” kata Sappe.

Di balik kebakaran besar tersebut, muncul isu santer yang menyatakan bahwa ada dugaan kebakaran disengaja terkait dengan developer besar yang mengincar pemukiman penduduk untuk dibuat sentra bisnis.  Lokasi kebakaran seluas 2,5 hektar letaknya sangat  dekat dengan Balikpapan Super Blok (BSB).

“Yang saya dapatkan cerita dari masyarakat seperti itu. Katanya ada yang melihat api berasal dari bawah kolong rumah. Makanya, saya minta polisi menyelidiki penyebab kebakaran sampai diketahui jelas penyebabnya supaya  masyarakat tahu dan tidak berkembang isu-isu yang menyesatkan,” kata H Sappe yang kemarin membeli 2.000 bungkus nasi untuk para korban.

Lambatnya kedatangan truk pemadam kebakaran juga dikritik  oleh Ketua Laskar Merah Putih (LMP) Balikpapan M Arsyad Cannu.  “Dalam setiap musibah kebakaran, pemadam kebakaran harus sighap cepat datang ke lokasi agar kebakaran bisa segera dilokalisir. Melihat bekas lokasi kebakaran, api padam bukan karena upaya pemadaman, tetapi habis karena rumah warga habis,” urjar Arsyad yang membawa satu pikap sembako untuk para korban kebakaran.

Dia pun meminta agar jajaran BPBK melakukan evaluasi demi perbaikan kinerja aparatnya dalam menanggulangi bencana dan kebakaran. “Mereka harus lebih cepat dan lebih sigap. Kalau begini besarnya kebakaran, kasihan masyarakat yangh menjadi korban,” pungkas Arsyad yang juga Korwil Laskar Merah Putih Indonesia bagian Timur.

BUTUH SELIMUT, PERLENGKAPAN WANITA DAN BAYI

Selain kebutuhan makan dan minum sehari-hari, para korban kebakaran juga memerlukan bantuan selimut, perlengkapan wanita dan perlengkapan bayi. “Kami tidur di tempat terbuka. Nggak ada selimut, nanti pasti kedinginan. Makanya, kami minta bantuan selimut,” kata Watoni, janda yang suaminya, Sarifudin, baru 100 hari meninggal.

Kebutuhan wanita berupa sabun mandi,  sikat gigi dan  pembalut, karena dari sekian banyak korban, pasti ada yang memerlukan. Sedangkan perlengkapan bayi seperti selimut bayi dan pampers. “Mohon kami dibantu barang-barang itu,” ujar korban lainnya.(bapos)